Di dalam negeri, Ahmadinejad mengekang kebebasan warganya.
Seperti dilansir dari laman CNN mengutip dari kantor berita Iran, IRNA, Rabu, 23 Februari 2011, Ahmadinejad menyarankan para pemimpin di Timur Tengah untuk memberikan kebebasan rakyatnya dalam menyampaikan pendapat.
“Lebih jauh dia mendesak para pemimpin di negara-negara kawasan tersebut untuk menanggapi tuntutan dan bergabung dengan pergerakan rakyat, bukannya menjawabnya dengan peluru panas yang menciptakan pertumpahan darah,” tulis IRNA.
Kekerasan yang terjadi di beberapa negara di wilayah Timur Tengah dan Afrika akhir-akhir ini semakin meresahkan. Setelah Tunisia, Mesir, Aljazair dan Yaman, kekerasan terbaru terjadi di Libya saat rakyatnya menuntut reformasi pemerintahan dan turunnya pemimpin Libya Muammar Khadafi.
Pada pidatonya, Selasa, 22 Februari 2011, Khadafi mengatakan tidak akan mundur. Dia malah bersumpah akan menggempur dan menghukum mati para demonstran yang disebutnya sebagai para pemuda pecandu obat. Dilaporkan, ribuan orang telah tewas di tangan aparat keamanan ataupun tentara bayaran di Libya.
IRNA melaporkan Ahmadinejad melalui pernyataannya mengatakan bahwa situasi di Libya yang tidak terkendali adalah akibat dari tindakan Khadafi sendiri. “Presiden (Ahmadinejad) mengatakan bahwa dia heran seorang pemimpin negara dapat membunuh rakyatnya sendiri dengan senapan dan tank, bahkan pemimpin tersebut mengatakan akan membunuh siapa saja yang menentangnya,” tulis IRNA.
Pernyataan Ahmadinejad ini dinilai bertentangan dengan apa yang terjadi di dalam negerinya sendiri. Demonstrasi menentang pemerintahan Iran sejak tahun 2009 dibendung oleh pemerintah. Demonstrasi terbaru pada Senin, 14 Februari 2011, digempur aparat dengan pentungan dan gas air mata. Puluhan orang terluka.
Ahmadinejad kala itu mengatakan bahwa para demonstran adalah musuh negara yang harus ditumpas. Parlemen Iran bahkan menuntut para pemimpin oposan penggagas demonstrasi dihukum mati. Hal ini bertolak belakang dengan komentar Ahmadinejad kemarin.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Haryadi Wirawan, saat dihubungi VIVAnews, Kamis, 24 Februari 2011, mengatakan Iran tengah memancing di air keruh. “Komentar Ahmadinejad itu lucu dan mengejutkan,” ujarnya.
“Ahmadinejad saat ini sedang mengambil kesempatan untuk menarik simpati dunia Islam terhadap Iran. Negara ini tengah menguji reaksi negara-negara lain atas komentar Iran tersebut,” ujar Wirawan.
Pengaruh Iran yang Syiah, ujar Wirawan, tengah berkembang di dunia muslim Sunni di Timur Tengah, sehingga dengan komentar seperti itu akan semakin memperteguh popularitas Iran di kalangan militan Sunni.
“Saat ini Islam Sunni tidak terlalu dianggap di Timur Tengah. Hizbullah dan Hamas di Palestina telah mendapatkan dukungan dari Iran. Iran tengah mengincar rezim-rezim yang mempunyai hubungan dengan Barat maupun yang terlalu permisif dengan Israel,” ujar Wirawan lagi. (umi)
• VIVAnews
Tidak ada komentar:
Posting Komentar