Minggu, 03 April 2011

Kapal kuno itu kemungkinan adalah salah satu kapal perang tentara Romawi



VIVAnews - Percaya tak percaya. Sebuah kapal laut yang diperkirakan berusia 3.500 tahun ditemukan di dasar Laut Hitam, laut dalam yang terletak di antara Eropa Tenggara dan Asia Kecil.

Meski tak nampak utuh, namun dari video yang dilansir National Geographic, kapal Romawi itu kelihatan kuat dan kokoh. Kapal itu ditemukan sejumlah arkeolog Robert Ballard beserta timnya yang secara tidak sengaja  di dasar Laut Hitam.

Dari kajian fisik dan arsitektur kapal tersebut, Robert dan beberapa rekannya menyimpulkan bahwa kapal tersebut dulunya dipakai serdadu Romawi untuk berperang.

"Ini sangat menakjubkan. Meski budget kami minim, dengan teknologi yang kami punya, kami akan mengangkat kapal tersebut ke permukaan dan mengeksplorasi isi dan kandungannya secara lebih mendalam dan detail," kata Ballard, yang dikutip National Geographic, Jumat 1 Oktober 2010.


Laut Hitam memang menyimpan banyak misteri. Inilah yang memikat  ilmuwan di dunia, terutama arkeolog. Sebelumnya, ilmuwan Inggris juga menemukan sebuah sungai raksasa di dasar laut yang sama. Bahkan, katanya sungai itu layak dinobatkan sebagai sungai terbesar keenam di dunia.

Laut Hitam terbentuk karena masukan air laut melalui Bosporus sekitar 200km kubik tiap tahunnya. Masukan air tawar itu berasal dari wilayah sekitar, terutama Eropa Tengah dan Timur-Tengah, dengan jumlah total 320km kubik per tahun. Laut ini memiliki wilayah 422.000 km persegi dan kedalaman maksimum 2.210 m.

Adapun negara-negara yang berbatasan dengan Laut Hitam adalah Turki, Bulgaria, Romania, Ukraina, Rusia, dan Georgia.
• VIVAnews

UFO Tutup Bandara Mongolia?

Benarkah cahaya misterius itu UFO? Belum tentu. 


 
VIVAnews - Bandar udara di Baotou di pedalaman Mongolia terpaksa ditutup. Alasannya menarik, untuk mencegah jet-jet penumpang bertabrakan dengan UFO (unidentified flying object). Demikian disebutkan dalam sebuah laporan.

Buntut dari fenomena itu, tiga penerbangan dari Baotou ke Shanghai dan Beijing terpaksa berputar-putar di atas bandara sampai UFO menghilang.

Sementara, dua penerbangan lainnya dialihkan dari Baotou ke kota-kota di dekatnya, Ordos dan Taiyuan. Menurut juru bicara bandara, penutupan dilakukan selama satu jam untuk "menjamin keamanan penumpang."

Sejumlah saksi mata melaporkan bahwa mereka telah melihat cahaya terang bersinar di langit pada 11 September 2010 dalam jarak sekitar 2,5 mil dari bandara. Cahaya itu agak terang, samar-samar sebelum akhirnya lenyap.

Insiden ini adalah penampakan yang kedelapan, setelah penampakan yang dilaporkan di China sejak akhir Juni 2010.

Sebelumnya, pada Rabu 7 Juli 2010 pukul 20.40 waktu setempat, Bandar Udara Xiaoshan di Hangzhou, ibu kota Provinsi Zhejiang, China tiba-tiba ditutup. Alasannya, ada penampakan benda langit misterius, yang kemudian disebut UFO. Namun belakangan pejabat China mengkonfirmasi bahwa benda aneh tersebut merupakan bagian dari tes di pangkalan militer di dekat bandara.

Sementara, penampakan UFO juga dilaporkan terlihat di barat Xinjiang 30 Juni lalu. Lagi-lagi itu kemudian diduga sebagai bagian dari uji coba rudal. Sejumlah 'UFO' di Provinsi Sichuan juga dihubungkan dengan kebiasaan lokal menerbangkan layang-layang berlampu  di malam hari. (Telegraph | kd)




Partikel Alien Ditemukan di Kapsul Hayabusa

Partikel ditemukan dalam tabung berdiameter 40 cm dan tinggi 20 cm yang dibawa Hayabusa


     
VIVAnews -- Kejutan diperoleh dari kapsul Hayabusa -- satelit luar angkasa buatan Jepang yang bertugas membawa sampel asteroid ke Bumi.

Ilmuwan mengaku menemukan partikel kecil yang diduga berkaitan dengan kehidupan ekstraterresterial atau alien di luar Bumi.  Partikel itu ditemukan dalam tabung berdiameter 40 cm dan tinggi 20 cm yang dibawa Hayabusa.

Analisa menggunakan mikroskop elektronik menunjukkan, partikel tersebut mengandung karakteristik yang berbeda dari debu atau bubuk alumunium yang dikumpulkan Hayabusa.

Belum diketahui apa dan dari mana asal partikel tersebut. Namun, surat kabar Jepang, Yomiuri dan Kyodo memuat informasi bahwa, partikel tersebut diyakini berasal dari Bumi.

Staf badan antariksa Jepang atau Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) diharapkan menjelaskan detail temuan tak biasa ini. Hingga kini, belum ada penjelasan lebih lanjut.

Para ilmuwan JAXA selama ini telah mengidentifikasi partikel-partikel kecil yang dikumpulkan Hayabusa -- yang diyakini sebagai debu asteroid.

Ilmuwan berharap sampel asteroid itu bisa menguak rahasia mengenai asal-usul tata surya.

Hayabusa yang berarti 'Elang' dalah Bahasa Jepang diluncurkan pada 2003 dan menjadi satelit pertama manusia yang mendarat di atas asteroid dan mengumpulkan partikel-partikelnya.

Sejumlah insiden terjadi. Misalnya, Hayabusa gagal menyalakan proyektil di permukaan asteoid -- agar debu terkumpul dan bisa diambil. Namun, ilmuwan Jepang berharap, partikel debu yang dikumpulkan cukup signifikan untuk diteliti.

Meski menemui kendala teknis -- termasuk kerusakan  giroskop dan kebocoran bahan bakar - ahli berharap bahwa Hayabusa telah menjalankan misinya.

Kini, staf JAXA sedang memeriksa sampel di dalam tabung multilayer bekerja sama dengan peneliti badan antariksa Amerika Serikat, NASA.

Juru bicara JAXA sejauh ini menolak berkomentar tentang partikel aneh ini. Hasil akhir penelitian sampel tidak dijamin bisa keluar dalam waktu beberapa bulan.

****

Diluncurkan 2003, satelit buatan Badan Antariksa Jepang atau Japanese Aerospace Exploration Agency (JAXA) ini mendarat dan mulai menjelajah asteroid 25143 Itokawa pada 2005 selama 30 menit, sebelum memulai perjalanan panjang pulang ke Bumi.

Hayabusa mendarat di pedalaman Adelaide, Australia pada Senin 14 Juni 2010 setelah melakukan perjalanan selama tujuh tahun sejauh 6 miliar kilometer dari Bumi.

Selain soal tata surya, para ilmuwan berharap contoh batu yang dibawa Hayabusa akan menjawab teka-teki, apa yang tidak kita ketahui tentang asteroid.

Termasuk, seberapa besar ancaman batu luar angkasa itu bagi Bumi.

Salah satunya,  Asteroid Aphopis yang diperkirakan sangat dekat dengan Bumi pada 13 April 2036. Meski NASA memprediksikan Aphopis masih dalam jarak aman, 18.300 kilometer di atas permukaan bumi, ukuran asteroid itu dua kali lapangan sepakbola. (Telegraph) (sj)

Inikah Bukti Pernah Ada Kehidupan di Mars?

Di bawah permukaan Mars ditemukan deposit batuan karbonat dalam jumlah besar.
                                                                                                    
VIVAnews - Bahwa ada kehidupan di Planet Mars sudah lama ada dalam cerita fiksi ilmiah, namun penelitian terbaru menunjukkan kemungkinan itu bukan hanya sekadar khayalan.

Penelitian menemukan planet merah di masa lalu kaya akan kandungan karbondioksida -salah satu bukti adanya kehidupan.
Dan kini, deposit batuan karbonat dalam jumlah besar ditemukan terkubur beberapa mil di bawah permukaan Mars.

Sejumlah kecil batuan karbonat sebenarnya pernah ditemukan sebelumnya, namun jumlah yang melimpah ini bisa berarti signifikan.

Maksudnya? Itu berarti kandungan gas rumah kaca pernah membuat Mars menjadi tempat lebih basah dan lebih hangat ratusan juta tahun yang lalu.

Ilmuwan luar angkasa menggunakan data satelit untuk menganalisis kondisi geologis wilayah yang dikenal sebagai Kawah Leighton -- yang berada di dekat gunung berapi,  Syrtis Major, yang lebarnya hampir 750 mil.

Penemuan ini mengungkap keberadaan kandungan mineral hampir empat mil di bawah kerak bekas ledakan meteorit. demikian temuan yang dipublikasikan dalam Jurnal Nature Geoscience.

Tim peneliti yakin, ini adalah sedimen kuno yang terkubur oleh material vulkanik yang dikeluarkan Gunung Syrtis Major.

Mineral ini diduga kuat berasal dari air kaya karbonat yang berinteraksi dengan bebatuan -sehingga peneliti percaya bahwa Mars awal lebih panas daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Dr Joseph Michalski dari Planetary Science Institute di Arizona dan  Dr Paul Niles dari NASA Johnson Space Centre di Houston mengungkapkan permukaan Mars saat ini dingin, kering, asam, dan tak ramah untuk kehidupan.

Kondisi serupa mungkin telah berlangsung selama miliaran tahun. Inilah yang menunjukkan tempat terbaik untuk mencari bekas kehidupan adalah di bawah permukaan planet merah itu.

"Salah satu tanda-tanda kondisi layak huni di kedalaman tanah adalah adanya atmosfer metana, yang mungkin terbentuk melalui proses hidrotermal dalam kerak bumi, juga dalam kehadiran karbon dioksida," demikian jelas ilmuwan, seperti yang dimuat dalam situs Daily Mail, Senin 11 Oktober 2010.

Selain itu, pengamatan terhadap mineral terhidrasi menunjukkan sistem hidrotermal kuno mungkin eksis di bawah permukaan Mars. Namun, sampai sekarang, tak satu pun dari deposit itu terkait dengan mineral karbonat dan lingkungan yang kaya CO2.

"Deteksi sebelumnya terhadap mineral karbonat yang bisa dikaitkan dengan lingkungan permukaan kaya CO2 di masa lalu, sudah jarang."

Kepadatan atmosfer CO2 bisa berarti ada efek rumah kaca di Mars di masa lalu. Berbeda dengan atmosfer Mars saat yang sangat tipis, sampai-sampai gas bisa ditiup ke angkasa.
Karbonat ini juga bukti bahwa air secara kimia bersifat netral, yang akan membuat kondisi yang lebih permisif untuk kehidupan di Mars di masa-masa awal.

"Kami menduga lapisan karbonat yang terkubur di bawah permukaan Mars mungkin hanya bagian kecil dari sedimen kuno yang terkubur abu vulkanik."

Para ilmuwan mengklaim, temuan mereka akan membantu menjelaskan asal-usul karbonat lainnya di Mars. "Juga menunjukkan situs prioritas untuk eksplorasi eksobiologis di masa depan."(ywn)

Asteroid Sebesar Bus Dekati Bumi Siang Ini










Akankah asteroid ini memasuki atmosfer bumi?

VIVAnews - Sebongkah asteroid diperkirakan akan melewati planet Bumi dengan jarak cukup dekat, yakni 28.000 mil. Batu raksasa yang diestimasi besarnya kurang lebih sama dengan bus tingkat itu diperkirakan akan "mampir" siang ini (Selasa, waktu Amerika atau Rabu siang waktu Indonesia).

Berita baiknya, agen antariksa Amerika Serikat NASA (National Aeronautics and Space Administration) memastikan bahwa asteroid raksasa itu tidak akan berbenturan dengan bumi.

Batu angkasa, yang diberi nama 2010 TD54, diestimasi akan mencapai titik terdekat dengan bumi, yaitu sekitar 28.000 mil, pada tengah hari.

Namun, para ilmuwan telah memastikan bahwa jarak terdekat itu tetap tidak akan memasuki lapisan atmosfer bumi. Kalau pun hal itu sampai terjadi, asteroid itu akan terbakar habis sebelum sampai ke permukaan bumi.

"Asteroid ini terdeteksi oleh Lab Observatorium Kitt Peak National Solar di Arizona pada hari Minggu silam," tulis NASA Asteroid Watch melalui akun Twitternya.

"Batu berukuran kecil itu akan terbakar hangus jika melewati lapisan atmosfer bumi dan tidak menimbulkan bahaya apa pun di permukaan," imbuhnya, seperti dikutip Daily Mail, Rabu 13 Oktober 2010.

"Untungnya, asteroid yang satu ini nampaknya tidak akan bersinggungan dengan bumi," tandas Emily Baldwin dari Astronomy Now pada The Times. "Namun, ini mengingatkan kita semua bahwa bumi masih berada di tengah-tengah galeri tembak kosmik, sebab itu kita harus tetap waspada dengan asteroid-asteroid yang mendekat," paparnya.

Menurut perkiraan NASA, lintasan 2010 TD54 akan jauh lebih dekat dari pada jarak bulan ke bumi. Akan tetapi belum bisa dipastikan apakah batu raksasa itu bisa dilihat dengan mata telanjang atau tidak. (umi)

Bencana Dahsyat Jika Asteroid Menghantam Laut

Asteroid akan menciptakan cipratan dahsyat, melontarkan 42 triliun kilogram air.
Foto asteroid P/2010 A2 yang diambil dari Teleskop Hubble (NASA, ESA, and D. Jewitt (University of California, Los Angeles). Photo No. STScI-2010-07)

VIVAnews -- Bahwa asteroid berpotensi menubruk Bumi dan membahayakan kehidupan manusia, itu sudah diketahui sebagian besar orang. Namun, ada lagi potensi bahaya batuan langit itu yang tak kalah mencekam: jika asteroid menghantam laut.

Tak hanya tsunami yang bisa dihasilkan jatuhnya asteroid  berukuran sedang  ke laut.  Sebuah simulasi komputer terbaru menunjukkan, uap air dan garam laut yang terpercik ke angkasa bisa merusak lapisan pelindung Bumi, ozon.

Efeknya tak main-main, kerusakan ozon tersebut bisa menaikkan level radiasi ultraviolet yang bisa mengancam keberlangsungan hidup manusia.

"Ini sesuatu yang belum pernah orang sadari sebelumnya," kata Brian Toon, pakar dari University of Colorado, seperti dimuat situs NewScientist, 13 Oktober 2010.

Elisabetta Pierazzo dari Planetary Science Institute di Tucson, Arizona menggunakan model iklim global (global climate) untuk mempelajari bagaimana uap air dan garam laut terlontar ke udara dan berimplikasi pada lapisan ozon bertahun-tahun kemudian.

Mereka melakukan simulasi dengan asteroid berukuran sedang -- selebar 500 meter hingga 1 kilometer. Untuk diketahui, ada 818 asteroid yang lebarnya setidaknya 1 kilometer ditemukan di orbit Bumi dan dan bisa mendekat ke Bumi.

Untuk mengestimasi berapa air yang terlontar ke atmosfer jika asteroid menabrak laut, tim mengandaikan asteroid tersebut memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan 18 kilometer per detik dan memukul laut di belahan bumi utara pada sudut 45 derajad.

Seperti yang diperkirakan sebelumnya, simulasi menunjukkan, asteroid selebar 1 kilometer akan menciptakan cipratan dahsyat, melontarkan 42 triliun kilogram air dan uap air. Jumlah itu cukup untuk mengisi 16 juta kolam renang ukuran olimpiade. Cipratan ini melintasi area selebar lebih dari 1.000 kilometer dan tingginya mencapai ratusan kilometer dari permukaan Bumi.

Saat berada di atmosfer, air bercampur senyawa klorin dan bromin, dari uap air laut, akan merusak ozon dengan kecepatan luar biasa.

Akibat dari peristiwa itu akan terasa bertahun-tahun kemudian. "Ini akan mengakibatkan lubang ozon raksasa yang 'menelan' seluruh Bumi," kata Pierazzo.

Simualsi memperkirakan, setidaknya 70 persen lapisan ozon akan berkurang di bumi bagian utara.

Lubang yang akan ditimbulkan akan lebih lebar dari pada lubang ozon di Kutub Utara pada 1993, ketika lapisan ozon Bumi dalam kondisi paling tipis.

Meski manusia bisa melindungi diri dari bahaya panasnya Matahari, tidak demikian pada tanaman.  Bahkan fitoplankton yang jadi penyangga kehidupan di dasar laut terancam mati. "Ini akan mengakibatkan masalah serius bagi peradaban manusia."

Tim Pierazzo sekarang sedang mengerjakan  model untuk mengukur bagaimana asteroid yang menghantam lahan kering akan mempengaruhi atmosfer.


• VIVAnews

Foto Spiral Misterius Diambil Teleskop Hubble

Diduga kuat, spiral terang disebabkan cahaya yang dipantulkan bintang di dekatnya.
ti VIVAnews -- Foto spiral misterius yang berada di dekat sebuah bintang yang menyala diabadikan teleskop luar angkasa, Hubble milik Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA.

Foto tersebut diambil menggunakan cahaya infra merah.

Seperti dimuat situs NASA, hingga kini ilmuwan belum menemukan apa penyebab struktur spiral aneh tersebut. Mereka juga tidak punya ide, mengapa spiral itu juga bersinar.

Diduga kuat, spiral terang itu disebabkan cahaya yang dipantulkan bintang-bintang di dekatnya.

Sementara spiral tersebut diduga hasil dari bintang yang berada dalam sistem bintang biner -- yang memasuki fase planetary nebula -- ketika ia melepas atmosfer terluarnya.

Dengan tingkat ekspansi dari gas spiral, lapisan baru seharusnya tampak setiap 800 tahun.

Ini bukan spiral pertama yang ditangkap Hubble. NASA melalui Teleskop Hubble mengabadikan foto menakjubkan, sebuah galaksi spiral yang jaraknya triliunan mil dari Bumi.
Galaksi spiral yang ditangkap Teleskop Hubble
Galaksi yang dinamakan NGC 4911 berbentuk melingkar, seperti roda.

Galaksi itu terletak 320 juta cahaya dari Bumi -- tepatnya  di 'Coma Cluster' -- yang terdiri dari 1.000 galaksi dan kumpulan bintang-bintang yang mirip dengan Galaksi Bima Sakti.

NASA memberi judul gambar itu, 'Island Universe' atau 'Pulau Alam Semesta' -- menunjukkan wajah megah galaksi spiral di konstelasi Coma Berenices utara, di tengah lautan bintang-bintang.

Galaksi ini terdiri dari jalur yang kaya debu dan gas di dekat pusat lingkaran galaksi. (NASA, sj)

Benda Asing Hebohkan Warga New York

Benda asing melayang di atas langit Manhattan dan Chelsea, New York.
a

VIVAnews - Sebuah benda asing misterius bercahaya mengkilap terlihat mengambang tinggi di atas sisi barat Manhattan, New York, Amerika Serikat. Benda ini memicu spekulasi bahwa UFO sedang melintas di atas kota tersebut.

Sejumlah media sejak edisi dua hari terakhir  ini menulis tentang penampakan benda asing di atas langit Manhattan pada Rabu 13 Oktober malam 2010.

Laporan adanya benda asing itu cukup membuat kerepotan polisi dan FAA (Federasi Penerbangan Amerika). Dua institusi ini dibanjiri laporan pengaduan sejak pukul 01.30 siang waktu setempat. Laporan yang masuk hampir menyebut seragam, ada benda berkilau yang juga terlihat di atas langit Chelsea, tetangga kota Manhattan.

Penegak hukum setempat meyakini bahwa benda itu kemungkinan semacam balon. Namun sampai Rabu malam belum dapat dikonfirmasi persis apa sebenarnya benda itu.

Menurut seorang wartawan Daily News, benda yang terlihat sangat kecil dan berwarna perak itu melayang sekitar 5.000 meter di atas 23 St dan Eigth Avenue. Di lokasi tersebut, puluhan orang berkumpul untuk melihat benda itu secara sekilas.

"Benda ini melayang sejenak. Itu membuat bingung," kata Joseph Torres, 49, dari Dyker Heights, Brooklyn, yang melihat objek itu. "Apakah itu hal yang biasa? Bagaimana mungkin? Pasti sesuatu telah terjadi."

Meskipun langit cerah, tidak mudah untuk melihat benda kecil berkilau itu. "Anda benar-benar harus melihat ke atas untuk melihat itu," kata seorang saksi, yang hanya memberikan nama depannya, Rico.

"Ini sedikit gila. Karena itu sebabnya mereka menyebutnya benda terbang aneh karena mereka tidak tahu apa itu."

Tidak lama setelah penampakan pertama, berbagai pesan mulai muncul di Twitter. Pesan itu menghubungkan dalam rilis bulan lalu yang mengumumkan penerbitan buku seorang perwira pensiunan NORAD. Buku itu memprediksi bahwa UFO akan mendatangi kota-kota besar bumi pada 13 Oktober.

FAA mengatakan mereka menerima panggilan beberapa pusat operasi, namun setelah mengkaji data radar, agen tidak bisa menemukan sesuatu yang luar biasa.

"Kami kembali melihat radar untuk melihat apakah ada sesuatu di sana. Kami tidak dapat menjelaskan tetapi itu tidak ada," kata juru bicara FAA Jim Peters.

Memang, saat itu ada laporan helikopter sedang terbang di atas sungai. "Kami periksa ke Menara LaGuardia, dan mereka mengatakan helikopter tidak terbang rendah pada waktu itu."

Peters mengatakan jika itu adalah balon cuaca atau jenis pelepasan balon terorganisir, pihak berwenang harus diberitahukan sebelumnya.