Penulis: K7-11 | Editor: Glori K. Wadrianto
Kamis, 24 Maret 2011 | 12:07 WIB
AFP PHOTO /YOMIURI SHIMBUN Kerusakan di daerah Minamisanriku, Prefektur Miyagi, Sabtu (12/3/2011), akibat terjangan tsunami setelah gempat berkekuatan 8,9 SR mengguncang daerah itu, Jumat (11/3/2011).
Bambang Wagiman, suami Rita mengaku tidak menyangka istrinya memiliki keberanian untuk bertahan di Rumah Sakit Miyagi International dan menolong pasien dibanding menyelamatkan diri.
Dihubungi via telepon, Rabu (23/3/2011) kemarin, Bambang sudah berada di Jakarta guna menjemput istrinya. Ia mengaku mendengar istrinya mendapat penghargaan dari Pemerintah Jepang justru dari wartawan. "Sepanjang hari ini, saya sudah menerima telepon beberapa kali oleh teman-teman anda," kata Bambang Wagiman.
Kabar menggembirakan itu, disambut suka cita oleh dua buah hatinya, Septiawan Putra Kusuma (12) dan Abian Haikal Caesario (7). Rita Retnaningtyas bekerja di Miyagi Nasional Hospital sejak tahun 2009.
Kali ini Rita pulang karena memang seluruh TKI diijinkan dievakuasi. Pihak Miyagi National Hospital juga sudah memberi ijin kepulangan. Ibu kandung Rita, Juminah (56) menyebutkan, Rita berangkat ke Jepang tahun 2009. Saat itu ia masih berstatus sebagai perawat di RS Tlogorejo Semarang. Ia berangkat ke Jepang setelah mendapat pelatihan khusus.
"Awal ada gempa, kami panik karena tak bisa kontak dia. Baru seminggu sesudahnya Rita mengontak keluarga," kata Juminah, di rumahnya, kawasan Banyumanik Semarang.
Rita mendapat penghargaan karena menjalankan misi kemanusiaan menolong korban-korban gempa dan tsunami di kawasan Miyagi, Aomori, Fukushima, Ibaraki, dan Iwate.
Di lima wilayah tersebut terdapat 35 perawat asal Indonesia. Semua perawat di lima prefektur atau provinsi ini selamat dari gempa, tsunami, maupun radiasi reaktor nuklir. Dari semua yang selamat, Rita termasuk salah satu yang bertahan dan tidak bersedia mengungsi, agar bisa mengabdikan diri pada kemanusiaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar