Kamis, 24 Maret 2011

'Bukan untuk Singkirkan Mr Qadafi'

REPUBLIKA.CO.ID, Amerika Serikat (AS) menegaskan bahwa target akhir serangan pasukan internasional bersandi Odyssey Dawn ke Libya, bukan untuk menggulingkan kepemimpinan Muamar Qadafi. Sesuai mandat Resolusi No 1973 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), oparasi militer itu hanya untuk mengamankan zona larangan terbang dan melindungi rakyat Libya dari kebrutalan pasukan Qadafi.
AS juga berjanji tidak akan dikirim pasukan darat yang berpotensi menduduki negara di Afrika Utara itu yang tengah menghadapi pemberontakan rakyatnya. Bahkan, menurut Wakil Duta Besar (Dubes) AS untuk Indonesia, Ted Osius, tongkat komando serangan ke Libya dalam hitungan hari akan diserahkan kepada komandan pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Namun, serangan koalisi militer AS, Prancis, dan Inggris itu disambut Qadafi dengan pidato yang menantang dan pantang mundur. Ia merasa yakin menang dengan coba menyulut emosi dan sentimen rakyatnya untuk menghadapi serangan pasukan ‘’kolonialis’’ Barat. Apa saja yang akan dilakukannya?
Ted Osius, Wakil Dubes AS untuk Indonesia
Bagaimana posisi AS dalam koalisi serangan ke Libya?
AS secara aktif memberikan dukungan kepada koalisi internasional hanyalah untuk menegakkan Resolusi DK PBB Nomor 1973. Hal ini merupakan sebuah upaya internasional atas desakan rakyat Libya sendiri dan atas seruan negara-negara anggota Liga Arab dan Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). Jadi ini bukan tindakan sepihak.
Akan seperti apa kelanjutan keterlibatan AS dalam koalisi militer di Libya?Presiden Obama telah menegaskan bahwa AS tidak berniat untuk mengirimkan pasukan di darat. Misi ini bertujuan untuk mencegah serangan lebih lanjut dari rezim (Muamar Qadafi) kepada rakyat Libya. Juga untuk melemahkan kemampuan rezim di zona larangan terbang.
Bagaimana pun, misi ini berdasarkan pada prinsip universal: kebrutalan terhadap warga sipil tidak dapat diterima dan tidak dapat ditoleransi.
Banyak tudingan bahwa di balik operasi koalisi ini sebenarnya kepentingan minyak AS dan Eropa. Menurut Anda?Saya ingin kembali lagi kepada poin tadi bahwa dunia internasional memandang kebrutalan terhadap warga sipil Libya tidak pernah dapat diterima. Itulah alasan di balik tindakan yang telah diambil ini dan semua itu dilakukan dengan dukungan Resolusi DK PBB, GCC, and Liga Arab.
Ada pertanyaan di kalangan anggota koalisi di Eropa mengenai keberadaan NATO dalam koalisi ini. Bagaimana sebenarnya peran NATO?Ya, betul. Mereka memang memegang peranan penting. Beberapa anggota NATO bertindak bersama melakukan dua hal, yaitu menghentikan serangan yang dilakukan oleh rezim dan menghalangi rezim tersebut untuk menentang pemberlakuan zona larangan terbang seperti yang telah ditetapkan dalam resolusi DK PBB.
Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, beberapa kali mengatakan bahwa tongkat komando operasi akan diserahkan dari tangan AS dalam beberapa hari lagi. Seberapa lamakah itu?Ya, betul. Bukan dalam hitungan pekan, namun dalam hitungan hari. Mengenai kapan tepatnya proses transisi itu dilakukan, saya tidak tahu. Para utusan NATO  menggelar pertemuan yang antara lain membahas masalah transisi ini. Belum ada jawabannya dari NATO.
Apa ada kabar mengenai keberadaan pemimpin Libya, Muamar Qadafi?Saya tidak tahu. Tujuan akhirnya bukan menyingkirkan Mr Qadafi. Tujuannya, seperti yang telah saya sebutkan, menghentikan serangan terhadap warga sipil Libya.
Apakah ada rencana untuk berdialog dengan Qadafi?Saya tidak tahu jawaban untuk pertanyaan itu. Tujuannya sangat sederhana, agar rezim tidak melanggar zona larangan terbang seperti yang telah ditetapkan DK PBB dan menghalangi serangan rezim terhadap warga sipil.
Namun Presiden Barack Obama mengatakan beberapa kali bahwa Qadafi harus mundur. Sejumlah kritik menyebutkan hal ini bertentangan dengan resolusi DK PBB. Menurut Anda?Kami sangat berhati-hati untuk sejalan dengan resolusi DK PBB. Ini bukan tindakan sepihak, namun diputuskan oleh angota komunitas internasional.
Komentar Anda mengenai jatuhnya korban sipil dalam operasi Odyssey Dawn ini?Saya tidak tahu jumlahnya secara pasti. Namun, lebih dari 320 ribu orang telah meninggalkan Libya menuju Mesir, Tunisia, Niger, dan Aljazair.
Pemerintah AS saat ini memberikan bantuan sebesar  47 juta dolar AS untuk mendukung sejumlah lembaga internasional dan lembaga swadaya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan bantuan kemanusiaan dan untuk membantu serta mengevakuasi warga yang menyelamatkan diri dari aksi kekerasan di Libya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar