Kelopaknya tak sanggup mengatup, bahkan kala tidur. Ia pun trauma menghadap meja operasi.
Upaya Mrilyn Leisz mempercantik kelopak matanya gagal. Bahkan, pilihan operasi bedah estetika itu membuat kelopak matanya tak bisa menutup. Wanita asal New Jersey, Amerika Serikat, itu terus membelalakkan mata sepanjang hari.
Leisz yang begitu memuja kecantikan kalut. Ia melayangkan gugatan terhadap dokter yang menanganinya, Paul Parker, ahli bedah plastik di Paramus, New Jersey, akhir Maret lalu.
Namun, dokter hanya sanggup membayar US$115 ribu atau hampir Rp1 miliar. Hanya dua puluh persen dari nilai gugatannya. "Mereka tidak mempertimbangkan apa yang saya hadapi setiap hari. Saya mengharap US$500ribu,“ kata Leisz seperti dilansir ABC News.
Dalam sebuah pernyataan tertulis, Parker menyatakan telah melakukan lebih 10 ribu prosedur bedah estetika selama 25 tahun terakhir. Dan, tak pernah ada masalah sebelumnya.
Parker mengatakan, Leisz memiliki riwayat dua kali menjalani perawatan bedah kelopak mata di masa lalu. Yang pertama, bedah untuk memperbaiki kondisi bawaan yang dikenal ptosis, di mana otot tidak cukup kuat untuk menahan kelopak mata.
Yang kedua, bedah estetika dengan metode blepharoplasty, sebuah operasi kelopak mata untuk memberi efek peremajaan di daerah sekitar mata. Namun, ini menjadi awal bencana. Matanya tak lagi bisa berkedip. Kelopaknya tak sanggup mengatup, bahkan kala tidur.
Pengacara Parker mengatakan, sebelum menjalani operasi, Leisz telah menandatangani peringatan dan risiko terburuk yang mungkin terjadi. Namun, menurutnya, Leisz tidak memperhatikan risiko dan peringatan dokter.
Leisz telah berkonsultasi sebanyak 45 kali dan menjalani 30 kali tindakan medis dalam lima tahun terakhir, untuk memulihkan cacat matanya. Namun, tidak memeroleh hasil memuaskan. Malah, ia berisiko tinggi terkena glaukoma dan berpotensi buta karena overexposure matanya.
“Setiap menit aku bangun, aku harus khawatir dengan mataku. Merah dan kering. Serasa dicubit,” kata Leisz.“ Saya akan mengeluarkan tulisan di media massa atas perlakukan Parker terhadap saya. Saya akan terus menuntut ganti rugi yang besar.”
Dr Gary S Brody, profesor di Divisi Bedah Plastik Keck School of Medicine University of Southern California, mengatakan, kesalahan operasi Leisz masih bisa diperbaiki. “Mungkin yang terjadi adalah kulit terlalu banyak diambil dalam prosedur terakhir. Bisa diperbaiki dengan cangkok kulit dari belakang telinga.” kata Brody.
Dr John Millard, Presiden Millard Plastic Surgery Center, Denver, merujuk Leisz ke dokter bedah ocuplastic yang mengkhususkan diri pada pembedahan rongga mata, saluran air mata, kelopak mata, dan wajah.
Namun, semua itu tak membuat Leisz tenang. Trauma menghadap meja bedah menggelayut. Ia tidak memiliki mental dan fisik cukup kuat untuk kembali menjalani operasi. “Saya seperti tidak ada pilihan lain atau mata saya akan kering seperti kismis,” ucap Leisz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar